Kamis, 09 September 2010

Sectio Cesarea


Bagaimana Saya Menghasilkan Rp35 Juta Dalam Seminggu Setelah Menerapkan “Sistem Rahasia”, dan Anda Hanya Butuh 45 Menit Untuk Memulainya?

Saya akan ungkap bagaimana anda juga bisa mendapatkan HAK menggunakan sistem ini dan mulai hasilkan profit, hari ini juga…


Pengertian Sectio Cesarea
             Winkjosatro (2000, hal, 193), menyatakan seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram, sedangkan Fahrer (200:161) menyatakan seksio sesarea adalah operasi untuk melahirkan janin yang viabel melalui insisi abdomen.
Menurut Depkes (2007), sectio cesarea adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi. Operasi ini dilakukan ketika proses persalinan normal melalui “jalan lahir” tidak memungkinkan karena komplikasi medis. Operasi ini biasanya dilakukan tim yang melibatkan spesialisasi kandungan, spesialisasi anak, spesialisasi anastesi dan bidan.

Indikasi Sectio Cesarea
            Menurut Fahrer (2001:161) seksio efektif dilakukan kalau sebelumnya sudah diperkirakan bahwa kelahiran pervagina yang normal tidak cocok atau tidak aman. Kelahiran untuk seksio dilakukan untuk :
  1. Plasenta previa : plasenta yang letaknya abnormal, pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
2.      kelainan letak janin : a) letak sunsang, presetasi bokong, b) letak lintang; disebabkan karena adanya tumor dijalan lahir.
3.      riwayat obstetri yang jelek, misalnya kelainan pada kehamilan seperti preekslampsia ataupun ekslampsia.
4.      disproporsi sefalopelvik, ukuran panggul yang sempit dan tidak proporsional dengan ukuran janin yang menimbulkan kesulitan dalam persalinan pervagina.
  1. infeksi herpes virus tipe II : setiap persalinan pervagina selalu diikuti kontaminasi bakteri, sehingga menimbulkan infeksi. Bayi yang lahir pervagina dari ibu yang menderita infeksi herpes virus, cenderung akan mengalami infeksi virus itu juga.
  2. riwayat sectio cesarea sebelumnya juga cenderung mengharuskan dilakukannya seksio pada persalinan berikutnya.
  3. diabetes jika diabetes tidak dijaga/ditangani dengan baik, bisa menyebabkan masalah seperti bayi besar, yang menyulitkan persalinan.
            Sementara menurut Yosemite (2007), seksio sesarea dilakukan dengan:
  1. indikasi ibu: panggul sempit absolut, tumor-tumor dijalan lain yang menimbulkan obstruksi, stenosis serviks/vagina, plasenta previa, disproporsi sefalopelvik dan ruptura uteri.
  2. indikasi janin: kelainan letak, prolaps tali pusat dan gawat janin.

Kontra Indikasi
            Menurut Mansjoer (2000:344 ) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai kontra indikasi seksio sesarea yaitu :
1.      Infeksi rahim, contohnya bila terjadi peningkatan suhu tubuh.
2.      Premedikasi untuk seksio sesarea: biasanya penderita tidak diberi morphine karena menyebabkan asphyxia pada anak, cukup diberi sulfat atropin.
            Menurut Yosemite (2007), seksio sesarea umumnya tidak dilakukan pada keadaan janin mati, ibu syok/anemia berat yang belum teratasi, atau pada janin dengan kelainan kongenital yang berat.

Tipe-tipe Seksio Sesarea
1.      Seksio Sesarea klasik atau corporal
Dilakukan dengan insisi memanjang pada segmen bawah atau  uterus
  1. Seksio Sesarea Transperitonealis
Seksio Sesarea klasik dengan insisi pada segmen dibawah rahim, teknik ini paling sering dilakukan secara melintang (Kerr) dan memanjang (kronig).
  1. SeKSio Sesarea Extra Peritonealis
Tanpa membuka peritoneum parietalis, dilakukan pada pasien dengan infeksi intrauterin yang berat.
  1. Seksio Sesarea Ismika (Profunda)
Dialkukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah rahim + 10 cm.

Komplikasi Seksio Sesarea
            Menurut Mansjoer (2000:345) komplikasi yang dapat terjadi akibat seksio sesarea adalah sebagai berikut:
  1. Pada ibu : a) infeksi puerperal yaitu komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh, b) perdarahan, c) luka pada kandung kemih dan d) emboli paru-paru.
2.       Pada bayi/janin : kematian perinatal.
             Sedangkan Menurut Yosemite (2007) resiko komplikasi dari seksio sesarea adalah:
  1. Komplikasi ibu : perdarahan banyak, infeksi, perlekatan organ-organ pelvis pascaopersi.
  2. komplikasi janin: depresi susunan saraf pusat janin akibat penggunaan obat-obatan anastesia (fetal narcosis).

Adaptasi Fisiologis
            Menurut Bobak (2001:263-270) setelah terpotongnya tali umbilikus, maka bayi banyak mengalami perubahan yang kompleks disemua sistem, yaitu : sistem integumen, sistem respisari/pernafasan, sistem pencernaan, sistem kardiovaskular, sistem perkemihan, sistem persyarafan, sistem reproduksi, sistem muskuloskeletal dan sistem endokrin.

Sistim Integumen
             Pada ibu post partum kloasma selama kehamilan biasanya menghilang pada akhir kehamilan. Hiperpigmentasi areola dan linea nigra mungkin tidak akan menghilang secara sempurna setelah proses persalinan. Striae gravidarum (garis melintang) pada daerah payudara, perut dan pada daerah paha mungkin akan luntur tetapi tidak akan menghilang.

Sistim Respirasi/Pernafasan
            Pada ibu post partum fungsi pernafasan kembali pada keadaan seperti sebelum hamil dalam enam bulan setelah persalinan. Setelah uterus kosong diafragma menurun. Frekuensi nafas akan menurun sampai keadaan normal seperti sebelum hamil.

Sisitim Pencernaan
            Kebanyakan ibu post partum akan sangat lapar dan haus setelah pulih dari analgesik, permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang dikonsumsi. Transportasi fekal masih lambat dikarenakan adanya hormon estrogen dan progesteron yang beredar didalam tubuh ibu yang menyebabkan motilitas usus menurun.

Sistim Kardiovaskular
            Pada ibu post partum kehilangan darah sekitar 300-400 ml sewaktu melahirkan bayi tunggal pervagina dan jumlahnya akan meningkat dua kali selama melahirkan dengan seksio sesarea. Pada ibu post partum denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat selama masa kehamilan, setelah wanita melahirkan keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit.
      Varises pada ekstremitas bawah akan berkembang selama kehamilan akan berkurang sedikit demi sedikit setelah kehamilan. Edema pada ekstremitas atau bagian tubuh lain juga akan menghilang.

Sistim Perkemihan
            Buang air kecil sering sulit selam 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dengan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

Sistim Persyarafan
            Pada ibu post partum ketidaknyamanan neurologis akibat kehamilan akan mereda setelah persalinan. Sakit kepala pada post partum disebabkan oleh karena berbagai perubahan kondisi, termasuk hipertensi akibat kehamilan, stress dan akibat kebocoran cairan serebrospinal kedalam ruang ekstradural selam jarum epidural diletakkan ditulang punggung untuk anastesi.

Sistim Reproduksi
 Involusi Uterus
            Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta.
Pada involvusi uterus, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada akhir kala nifas besarnya seperti semula. Proses proteolitik adalah proses pemecahan protein yang akan dikeluarkan melalui urine.
Payudara/Laktasi
            Pada hari pertama keluar kolostrum, bisa dikeluarkan dengan cara dipijit. Cairan kuning yang lebih kental daripada ASI yang mengandung banyak protein, alnumin dan globulin.

Tempat Pelepasan Plasenta
            Segera setelah plasenta dan membran-membran dikeluarkan terjadi kontraksi vaskuler dan thrombus untuk menutupi tempat tumbuhnya plasenta.

Saluran Kandung Kemih
            Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh dan sesudah kencing masih tinggal urine residual, sisa urine ini dan trauma pada dinding kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi, dilatasi ureter normal kembali dalam waktu 2 minggu.

Servik Dan Vagina
            Kondisi servik segera setelah lahir post partum bentuknya agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi sedangkan servik tidak berkontraksi, warna servik sendiri kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah merah, konsistensi lunak segera setelah janin dilahirkan tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan 1 minggu dapat dimasukkan 1 jari kedalam cavum uteri.
 Lochea
             Lochea adalah secret dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Lochea terdiri atas:
1.    Lochea Rubra (lochea kruenta)
Terjadi pada hari pertama sampai hari kedua masa nifas. Terdiri dari darah segar bercampur sisa selaput ketuban, sel decidua, sisa verniks kaseosa, rambut lanugo, dan mekonium.
2.    Lochea Sanguionolenta
Berwarna merah kekuningan berisi darah dan lendir, keluar pada hari ketiga pasca persalinan sampai hari ketujuh.
3.    Lochea Serosa
Terjadi pada hari ke 7-14 berwarna kekuning-kunigan dan tidak mengandung darah.
4.    Lochea Alba
Berwarna putih keluar pada hari ke- 14

Sisitim Muskuloskeletal
            Pada ibu post partum adaptsi sistim muskuloskeletal yang terjadi selama kehamilan akan kembali seperti semula pada periode post partum ini. Sendi akan kembali stabil seperti semula pada minggu ke- 6-8 aetelah persalinan. Kulit abdoman akan kehilangan elastisitasnya setelah proses persalinan mungkin dikarenakan janin yang besar atau janin yang kembar sehingga elastisitas otot abdomen akan berkurang, hal in dinamakan diastasis rektus abdominalis.
Sistim Endokrin
            Pada ibu post partum keadaan hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Penurunan terpenting estrogen disertai dengan pemenuhan payudara pada kira-kira hari ke- 3 post partum.

Pengobatan dan Penatalaksanaan
            Menurut Donald Gant (2001:1069) pengobatan dan penatalaksanaan seksio sesarea dilakukan oleh:
1.      Pada klien dengan seksio sesarea memerlukan beberapa nasehat yang perlu diperhatikan yaitu, sedapat-dapatnya jangan hamil selama 3 tahun setelah di seksio sesarea, kehamilan dan persalinan berikutnya harus diawasi dan berlangsung di rumah sakit besar. Jika seksio sesarea dilakukan atas indikasi panggul sempit maka pastilah pada persalinan berikutnya anak harus dilahirkan dengan seksio sesarea lagi, karena bentuk panggul tidak akan berubah.
2.      Pemberian obat-obatan. Klien dengan seksio sesarea memerlukan pengobatan yang benar yaitu pemberian cairan. Adapun maksud dari pemberian cairan adalah sebagai pertolongan pertama persalinan yang disertai dengan penyulit seperti perdarahan, persalinan lama, eklampsia. Cairan RL sebagai pengganti elektrolit yang menetralisir asidosis ringan, berisi elektrolit seperti: Na, Cl, K dan Ca. pemberian obat anti piretik biasanya diberikan untuk menurunkan rasa sakit yang diderita klien. Pemberian antibiotic dimaksudkan agar mencegah kembalinya penyakit ke tubuh klien.
3.      Observasi perdarahan. Perdarahan yang normal pada klien seksio sesarea adalah 100 cc dan maksimal 500 cc. Apabila perdarahan post partum melebihi 500 cc maka klien dapat digolongkan ke dalam perdarahan post partum. Darah yang hilang dapat diganti dengan cairan infuse seperti RL atau dengan transfusi darah.

Proses Keperawatan
            Menurut Levefre (2002:4) proses perawatan ialah suatu metode sistem untuk perawatan yang berfokus pada pencapaian suatu nilai yang efektif dalam perawatan. Hal ini sangat sistematis dan terdiri dari lima langkah yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, yang berkaitan satu sama lain untuk memaksimalkan perawatan yang diberikan.
      Selanjutnya menurut Allen (2000:30) proses perawatan merupakan suatu kerangka yang memungkinkan perawatan untuk mengidentifikasi masalah pada klien. Proses perawatan merupakan suatu kerangka yang memungkinkan perawatan untuk mengidentifikasi masalah pada klien. Proses perawatan memudahkan identifikasi respons manusia terhadap masalah kesehatan, sedangkan respons manusia memperlihatkan perubahan pada kesehatan, kesejahteraan, dan gaya hidup klien.
      Proses perawatan membantu klien dalam mencapai tingkat kesehatan kesejahteraan dan adaptasi yang maksimal terhadap gaya hidup. Proses keperawatan adalah meliputi pengkajian dari setiap klien dan rencana asuhan keperawatan tertulis secara individual. Rencana asuhan keperawatan kepada klien, dapat mengatur pemberian asuhan keperawatan kepada klien dan membantu mengatasi masalah (Levefre,2002:4)
            Dari kedua pendapat di atas menekankan bahwa kualitas pelayanan perawatan dipantau pada dasar data obyektif dan kriteria ilmiah. Proses perawatan juga memberikan satu kinerja untuk mengidentifikasi masalah keperawatan yang timbul secara terus menerus, yang berhubungan dengan data dalam berbagai pendekatan keperawatan.
             Langkah/fase yang paling umum dalam proses perawatan adalah pengkajian, perencanaan, intervensi/tindakan keperawatan dan evaluasi. Bagian proses perawatan haruslah sistematis, mempunyai tujuan, interaksional, spesifik, didasarkan secara teoritis, berdasarkan pada prioritas, tervalisidasi, dinamis, saling menguntungkan dan menyeluruh. (Levefre, 2002:5).

Pengkajian
            Levefre (1998:30) menjelaskan bahwa pengkajian adalah langkah pertama untuk memperjelas status kesehatan, agar dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang status kesehatan.  Tujuan dilakukannya pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya agar dapat menentukan data dasar klien. Dalam melakukan pengkajian, kegiatan perawatan seperti pengumpulan data dan menganalisa data yang ada harus dilakukan terlebih dahulu.

Pengumpulan Data
            Menurut Allen (1998:17) data dikumpulkan berbentuk subyektif dan obyektif. Data subyektif adalah persepsi klien terhadap dirinya sendiri, sedangkan data obyektif adalah data yang dapat diperoleh perawat melalui indera. Sumber-sumber data primer dan sekunder memberikan data tentang keadaan sekarang dan masa lampau klien.
             Klien memberikan data primer, dan sumber-sumber yang berhubungan dengan klien memberikan data sekunder. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, pemeriksaan dan literature-literatur.
      Satu hal yang penting dalam pengkajian adalah adanya pendekatan terapeutik  maka hal ini tidak akan terjadi, pengumpulan data meliputi:
1.      Biodata pasien, yaitu: nama, umur, agama, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, tanggal opname, nomor kamar, diagnosa medis, penanggung jawab, dan alamat penanggung jawab.
2.      Riwayat kesehatan pasien, yaitu: keluhan utama, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang, dan riwayat penyakit keluarga.
3.      Pengkajian fisik/biologis meliputi, pemeriksaan kebidanan dari kepala ke kaki yang dibagi dalam: inspeksi, palpasi dan auskultasi.
Muka: adakah chloasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat atau merah, adakah oedem pada muka, bagaimana keadaan lidah dan gigi.
Leher: apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyakit jantung), apakah kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfa membengkak.
Dada: bentuk buah dada, pigmentasi putting susu, keadaan putting susu, adakah colostrum.
Perut: perut membesar ke depan atau ke samping (pada ascites misalnya membesar ke samping), keadaan pusat pigmentasi di linea alba, nampaklah gerakan anak atau kontraksi rahim, adakah striae gravidarum atau bekas luka.
Vulva: keadaan perineum, carilah varises, tanda Chadwick, condylomata, flour.
Anggota bawah: cari varises, oedema, luka, cicatrix pada lipatan paha
Dengan melakukan pemeriksaan palpasi didapatkan hasilnya:
Leopold   I:  Untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang      terdapat dalam fundus.
Leopold  II: Untuk menentukan di mana letaknya punggung anak dan di mana letaknya bagian-bagian kecil dan menentukan/mendengarkan denyut jantung janin.
Leopold III: Untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah bagian bawah anak sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul.
Leopold IV: Untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa masuknya bagian bawah ke rongga panggul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar